Selasa, 26 Maret 2013

belajar bahasa inggris menjadi hobi mengasyikkan


Bahasa Asing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada ilmu yang bisa merasuk ke tulang sum-sum bila si pembelajar tidak menyukainya. Bagi yang sedang berusaha mempelajari bahasa asing, bahkan dua atau tiga sekaligus, kegiatan belajar mesti menjadi aktivitas menyenangkan.

Master lulusan Universitas Princeton, Tim Ferris, dalam tesisnya menganjurkan , si pembelajar mesti mengevaluasi pola belajar untuk mendapat kemajuan signifikan.

Ia bahkan menawarkan postulat ekstrem, seseorang bisa menguasai bahasa asing hanya dalam tiga bulan! Caranya, masih menurut Ferris mulailah dengan mendekonstruksinya, memilihnya dengan bijaksana mana yang diperlukan dan mengabaikan 'semuanya' dan hanya menggunakan sedikit bagian.
Dalam tesisnya yang menyoal soal kemampuan berbahasa manusia, Ferris mengingatkan bahwa kemampuan otak manusia terbatas tapi sekaligus luar biasa. Jadi ia meminta untuk fokus kepada tujuan apa bahasa itu digunakan nantinya.

Ia menawarkan sistem untuk mendongkrak kecepatan pengembangan belajar bahasa. Sistemnya berdasar tiga elemen yang berurutan.

1. Efektivitas (Prioritas)
2. Keterkatian (Ketertarikan)
3. Efisiensi (Proses)


Efektivitas, keterkaitan dan efisensi mengacu kepada 'apa' lalu 'mengapa' dan 'bagaimana' mempelajari sebuah bahasa asing. Dalam kalimat sederhana, apa yang mendasari keputusan anda mempelajari bahasa tersebut berdasar dengan penggunaan (prioritas) atau keterkaitan (minat), dan terakhir anda yang menentukan bagaimana mempelajari material dengan cara paling efektif (proses).

Efektivitas: Bila anda memilih material yang salah, tidak peduli bagaimana anda mempelajarinya, mempraktikkan kelancaran berbahasa mustahil tanpa peralatan dan material yang tepat.

Dalam belajar Grammar, Ferris menganjurkan seseorang untuk memahami beberapa aturan emas  yang jadi intin belajar bahasa yakni sebagai berikut

1. Pastikan anda mengetahui apakah ada struktur gramatika mendasar yang berpotensi menghambat kelancaran berbicara (perhatikan apakah ia bertipe SOP ataukah SPO, begitu pula kasus-kasus dalam kata benda).

2. Apakah ada ejaan yang khusus?

3. Seberapa mirip dengan bahasa yang telah anda mengerti? Apakah kemiripan itu bisa beririsan? (Misal anda sedang berbahasa Jepang atau Jerman, apakah anda bisa menggunakan struktur bahasa tadi  menggunakan struktur Inggris dan Jerman tanpa ada kesalahan Fatal?)

4. Bila Anda telah memahami itu coba ukur seberapa sulit untuk memelajarinya, dan berapa lama anda butuh untuk secara fungsi lancar berbahasa?

Perhatikan dengan bahasa asli Anda, temukan kalimat dasar dan inilah yang disarankan Ferris.
Apel ini merah
Itu apel Ana
Saya memberi Ana sebuah apel
Saya memberinya apel
Saya memberi apel kepada Ana
Ia memberinya kepada Ana
Ana memberinya kepada Andi


Bagian menjebak, pastikan Anda pahami setiap kata ganti orang pertama dalam bahasa asing yang Anda pelajari. Lalu pahami Bahasa Asing tersebut apakah lazim menggunakan Subjek Predikat Objek (SPO) atau Subjek Objek Predikat (SOP). Contoh Bahasa Jepang, cenderung dengan susunan "Saya apel itu makan". Jerman, malah sering meletakkan predikat atau kata kerja di akhir kalimat.

Bila bahasa ibu kita SPO, otak kita butuh waktu menyesuaikan untuk memahami SOP. Peraturan ini yang mesti dipahami betul untuk memformat otak kita agar segera cepat mengenali bahasa berpola SOP.

Tak kalah penting adalah memperhatikan kasus nomina. Bahasa Indonesia tak mengenal kata sandang selain si dan sang, sehingga tak terlalu menyulitkan. Sementara Bahasa Asing, Jerman misal, kata 'sang' tidak sesederhana itu. Dia bisa menjadi 'die', 'das', 'der', 'dem', atau 'den', bergantung pada apakah apel itu sebagai subjek, objek, objek tidak langsung, ataukah objek yang dimiliki orang lain.

Bikin pusing? Ingatlah, cara efektif adalah dengan mengenal inti struktur sebuah bahasa, sebelum terjebak dengan tingkat penulisan rumit. Begitu memahami inti struktur, membedah teks rumit, menurut Ferris, menjadi lebih mudah diimajinasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar